Beberapa pekan lalu, aku mendapat tugas dari bu guru untuk praktik tarian tradisional. Syaratnya boleh menampilkan tari kreasi baru asal masih ada unsur tradisionalnya. Kelasku dibagi menjadi 7 kelompok yang masing – masing kelompoknya beranggotakan 4 orang. Kami diberi waktu 2 minggu untuk menentukan tarian dan latihan. Karena menarinya harus menggunakan kaset atau cd rekaman maka kami boleh latihan di rumah teman. Esoknya, sepulang sekolah seluruh anggota kelompokku berkumpul di rumahku untuk latihan dan menentukan tarian. Akhirnya aku dan kelompokku memilih tari kreasi Serampang Dua Belas.
Kelompokku berlatih dengan sangat giat dan penuh semangat. Hingga akhirnya kelompokku sudah siap untuk tampil. Dan tugas kami tinggal membuat properti dan kostum. 2 hari sebelum pentas diadakan ternyata masih ada 3 kelompok yang belum menentukan tarian apalagi latihan. Mereka semua kebingungan. Lalu ada sahabatku (sebut saja Anggi) kelompoknya yang belum siap tariannya meminta bantuanku untuk membantu melatih kelompoknya. Aku menyanggupinya dan menyuruh kelompoknya datang ke rumahku keesokan harinya sepulang sekolah untuk latihan. Ternyata malamnya sahabatku (sebut saja Gean) juga meminta bantuanku untuk melatih kelompoknya. Sama seperti jawabanku pada “Anggi” aku menyanggupinya dan menyuruh kelompoknya “Gean” datang ke rumahku pada waktu dan hari yang sama saat aku menyuruh kelompok “Anggi” datang. Lalu aku merundingkan semua hal itu pada ibuku, dan ibuku juga menyanggupi untuk menyediakan segala macam kebutuhan teman-temanku dengan senang hati.
Keesokan harinya saat istirahat sekolah yang pertama aku dan teman-teman lain yang meminta bantuanku berunding tentang apa saja yang akan dilakukan di rumahku. Setelah semuanya beres kami segera masuk ke kelas karena bel sudah berbunyi. Pelajaran berlalu dan bel pulang segera berbunyi. Sebelum berdoa guruku menjelaskan untuk persiapan besok pentas. Lalu kami segera berdoa. Saat aku keluar kelas ada temanku (sebut saja Cica) yang menceritakan masalah kelompoknya, bahwa kelompoknya belum memiliki tarian. Aku segera menawarkan bantuanku, untuk menolong kelompoknya membentuk tarian dan latihan. Aku juga bercerita bahwa sudah ada kelompok “Gean” dan “Anggi” yang ikut latihan di rumahku. Sehingga sekalian saja melatih kelompok “Cica” bersama kelompok “Gean” dan “Anggi”. “Cica” dan kelompoknya setuju sehingga saat pulang sekolah rumahku dipenuhi anak – anak. Sesampai di rumahku, aku dan kelompokku segera berlatih. Setelah aku berlatih, aku membentuk tari untuk 3 kelompok tadi.
Setelah diputuskan kelompok “Gean” menarikan tari Cublak – cublak Suweng, yaitu tarian yang pernah kutarikan waktu masih kecil dan aku masih ingat gerakannya. Kelompok “Anggi” menarikan tari Tor tor dengan iringan lagu Butet yang gerakannya dibentuk oleh kelompok mereka sendiri dan dibantu olehku. Kelompok “Cica” menarikan tarian Hela Rotan yang gerakannya dibentuk olehku. Sementara aku dan kelompokku melatih menari, ibuku menyiapkan makan siang, selain itu pakdeku juga membeli es buah yang segar sekali dan melepas dahaga kami selama latihan. Teman-temanku baru pulang sekitar pukul 17.30 wib.Aku tidak mengira tugas menari yang dulunya terasa membebani aku, ternyata bisa menjadi pengikat persahabatan. Setelah kejadian itu kami menjadi lebih dekat dan bersahabat. Aku sangat senang melakukan semua hal itu. Aku ingin sekali melakukan hal yang baik di sepanjang hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar